SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) AMUNTAI

Artikel inspiratif

Ikatkan Sehelai Pita Kuning untukku………


Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya. Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.  Baca selanjutnya


EMPATI (Lakukan Hal-hal Kecil untuk Membuat orang Bahagia)


Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasanBintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.
Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.
Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.
Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa. Baca Selanjutnya


Ucapan Terima Kasih


KEPADA TEMAN-TEMANKU TERCINTA; Rina wati, Poe avril, Gusnawan syah, Dejan Redbury, Ariakanslalumencintai, hamid di amuntai, Gon ibra, Noril ilham, echa noriel, akang yvc, Irwin wongpihong, f’jri sadow, raudah asset qhallbu, haris zulkipli, alya rahma, m haridi, anita erita fasella mad latho, fitri ninoy, mariana hizfhi, ria imuet, Ferdinand jocom, nusa indah, she dhea, helmi hamsuni, erry, andi samiaji, yani itay, ngurah arya, nanang nurdin, ririn anwar, ellita eldi, martina, yadi adahaja, ievaw, tony, hanung, wisnu, senny, desy, pangeran muda, suriadi alus, misdi, nabawi took amoy, heza, wenny, erpiyanto, yuda setiawan, fi’e horman, hidayah cliex, adan, Rita oktarika, wahyudi rahman, mutiara itham, ardi sage, m imam topic, lilik mustika, sanah najwa, irwan, yusuf Muhammad, Muhammad nor, dufrans kisscha, lesty bharata, Ririn, Fahrurazi, norsha, roedy, oesni, iin mutmainnah, danny coy, jean diptita, rahmadi permana, ka hidayaturrahman, ka engkos koswara, edy sofian, yulia, benk, elly rosana, eddy boelboel, hidayat abdoellah, yudi rifani, ka dadang wihana, anggerek biru, haryadi hasni, akhmad syarmada, hendarsyah, vivi novitriani, herly anie, santie sf, wiwid adiwijaya, yohanes r koroh, joko nugroho, agus djauhari, jujuk juariah, Wulan Winata, Amiruddin,, eddy malvin sihaloho, novi indri, helmi, suyanto yanto, avril lia, syamsul rizal, ka’arief sujai, heri sukotjo, rini dyanto, maya p lesmana, taufik fanani, rowi rawatianice, mama faiq, noviar iskandar, akhyar bahampaour, rachmat riandy, iyas setiyono, fiqri, abram lululangi, ka gm ssitumorang, pak sutoyo sandi, alipir budiman, tika rahmawati, saifull ifones, hanani hani, budi damas, ka’ alex Fernando, maslia ni, ihin jer, eny nur, u’ wieel, ayik zach, mukhlis redhani, sarah hidayat, siti keyko, eddie van banzjars, ka stela julanda mangkey. Teddy Bayu Putra, dll termasuk teman-teman di BBM, yang kirim kue dan yg menyampaikan lewat telpon serta sms maupun ucapan langsung, serta yg masih menyimpan di dalam hati TERIMA KASIH atas ucapan dan Do’anya, tiada kata yg dapat terucap selain ucapan semoga kita semua selalu berbahagia, sehat, sejahtera dan sukses selalu ……………. (mohon maaf jika ada kesalahan penulisan nama atau kebetulan tidak tertulis, semua hanya khilafan yg tidak disengaja, maklum mata sudah mulai kabur membaca satu2, hehehehe, luv u all)… demikian juga  ucapan yang sama kepada teman-temanku tercinta ;  Theodore vanny lumingkewas, ajun zerotwoaja, Sammy Eastman jr, toko amoy amuntai, ibu nels, sihab adiansya, Muhammad rafiq, fachmie, chuyant qhalbu, sriyuni novianti, aisyah tio, nervi juarsa, rara jaldie, Arba Indra, Anang muldiansyah, munawar dona

 


Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan


Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal itu menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,

“Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.

“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.

“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,

“Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos. baca selanjutnya


Memberi Tanpa Pertimbangan


Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. mulailah dari uang receh. kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan. apakah anda sedang berada di bis kita yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga. atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. tak keculi bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka. barangkali ada rasa enggan dan kesal. tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi; mengulurkan tangan dengan sejumlah yang tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. sesuatu itu bernama kasih sayang. memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. sedangkan batu adalah kepentingan yang terpusat pada diri sendiri. sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan. kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati


Mengapa Sebagian Orang Mudah dan Sebagian Lagi Sulit Menjadi Kaya ?


Mayoritas orang tentu ingin menjadi kaya, tapi saya kira sebagian kecil dari kita yang kaya. Saya selalu ingat dan pahami bahwa hukum paretto juga berlaku untuk hal ini. Bahwa 80% persen dari seluruh kekayaan dikuasai oleh 20% dari manusia, sedangkan sisanya 20% dari seluruh kekayaan dikuasai oleh 80% sisanya. Disinilah hukum alam itu berlaku. Kalau dipikir-pikir sangat tidak adil bahwa 20% kekayaan itu harus menanggung hidup 80% populasi didunia, sedangkan 20% nya menikmati sisanya yaitu 80%. Tapi memang begitu adanya. Disinilah bermulanya segala permasalahan hidup dan berbagai kejadian politik dan sejarah manusia. Ketidakadilan pembagian kekayaan yang berujung pada kesejahteraan. Logikanya, apabila harta seluruh dunia dibagi rata kepada semua manusia, maka tidak akan ada yang kaya dan tidak ada yang miskin, semuanya makmur. Tapi apa benar begitu? Tidak, ternyata meskipun uang disebar rata kepada semua orang, dengan berjalannya waktu, uang itu akan terkumpul lagi ke 20% manusia yang seolah-olah diberkati itu. Sedangkan sisa yang beredar 20% itu bersikulasi menghidupi 80% sisanya yang lain. Baca Selanjutnya


BERPIKIR KREATIF


Dari berbagai sumber (kapanlagi.com, by QZoners, BlackGerry Tour, dll)

Kreatifitas adalah produk yang paling berharga saat ini. Dengan kreatifitas, barang tak berharga bisa bernilai tinggi. Tapi menjadi kreatif bukanlah pekerjaan semalam. Juga bukan pelajaran akademis yang bisa dihafalkan. Untuk menjadi kreatif, anda butuh latihan.

A. LATIHAN AGAR BISA BERPIKIR KREATIF

1. Pergi dan pulang di jalur yang berbeda

Jika anda ke kantor melewati jalur A, maka saat pulang usahakan melewati jalur B walaupun itu harus memutar. Bila anda tahu banyak jalur alternatif menuju tempat kerja anda, maka lewati saja semua di waktu-waktu yang lain. baca selanjutnya


Ternyata Keberuntungan Bisa Diciptakan ?


Apabila kita memperhatikan lingkungan social kita, teman dan saudara kita, ada beberapa diantara mereka yg selalu beruntung  (lucky guy) , selalu menang undian dan selalu beruntung dalam kehidupan sosialnya. Hasil pencarian di beberapa literatur  menunjukan bahwa ternyata keberuntungan seperti itu erat kaitanya dengan kondisi bawah sadar seseorang dan kepekaan intuisi. Semakin sering anda mendapatkan keberuntungan akan semakin memperkuat fokus bawah sadar anda untuk kembali mengulang keberuntungan. Sebagai contoh seseorang yang sejak dari kecil selalu memenangkan berbagai hadiah dan undian lalu secara tidak sadar akumulasi tersebut semakin memperkuat keyakinan serta optimisme dirinya bahwa dia pasti menang namun hal itu tidak diungkapkannya melainkan sudah menjadi kebiasaan dalam bawah sadarnya dan setiap ada penarikan undian, door prize atau sejenisnya bawah sadarnya aktif dan itulah sebabnya dia selalu memenangkanya.  Berikut beberapa pendapat dan pandangan dari para ahli tentang penciptaan keberuntungan ; baca selanjutnya


TUNG DESEM WARINGIN


Tatang Sutikno terdiam. Bisnisnya hancur, mengangakan utang. Anak ketiganya, Tung Desem Waringin, yang baru dilahirkan di Solo, 22 Desember 1967, tak mampu ia tebus dari rumah sakit. Uang sumbangan dari para saudara justru ia pakai untuk membayar utang. Selintas ia seolah ayah yang kejam. Namun, justru ia tengah memberi pelajaran pertama pada si orok. “Kita harus memegang janji. Walau tak punya uang, harus tetap bertekad membayar utang,” begitu Tung menirukan kata-kata ayahnya.

Syukur, mulai 1969 ayahnya mulai bangkit, punya toko emas. Ketika duduk di kelas 2 SD, Tung dan kedua kakaknya dipanggil sang ayah. “Kalau kita tak bisa jualan dengan baik, maka toko akan tutup, lalu kalian tak bisa sekolah, dan kita semua tidak bisa makan,” begitu pesan Tatang. Tung kecil amat sedih, membayangkan dirinya tidak makan, lalu mati.

Sejak itulah Tung mulai tertarik pada dunia marketing. Otaknya berpikir keras, bagaimana caranya orang bisa percaya seumur hidup dan toko berjalan terus. Ayahnya selalu bilang, “Kamu tak boleh nipu!” Itulah pelajaran kedua.

Jatuh-bangunnya usaha ayahnya membuat Tung terobsesi, suatu saat harus bisa membantu toko ayahnya meraih sukses. Juga membantu toko orang lain, agar tak terjadi hal yang sama dengannya. Itulah awal ia memberi perhatian bagaimana membantu supaya bisnis orang lain bisa jalan.

Namun, seperti juga usaha ayahnya, perjalanan sekolah Tung hingga kelas 2 SMA tidak mulus. Baru ketika kelas 3 SMA ia mulai sadar karena takut enggak lulus. Ia ingat nasihat ayahnya sejak kecil, “Kalau ingin sukses, bergaullah dengan orang sukses.” Ia pun ikut les kimia bareng para juara I sekolah lain. Akibatnya, ia paling lemah. Gurunya gemas. Tung terpacu, semua soal dari Skalu tahun 1965 – 1985, pelajaran kimia, matematika, fisika, minimal sudah empat kali ia kerjakan. Karenanya, ia hafal, dan nilai Ebtanas murninya cukup bagus. baca selanjutnya


KATA MOTIVASI MARIO TEGUH


Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan

bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.

Karena keseimbangan sikap adalah penentu

ketepatan perjalanan kesuksesan anda

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita

adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba

itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil

Anda hanya dekat dengan mereka yang anda

sukai. Dan seringkali anda menghindari orang

yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah

Anda akan mengenal sudut pandang yang baru baca selanjutnya


Rich Dad Poor Dad


http://www.investasigo.com

Anda mungkin sudah pernah membaca buku Rich Dad Poor Dad, Cashflow Quadrant, Guide to Investing, dan beberapa seri buku yang ditulis Robert T Kiyosaki. Terlepas dari pro kontra mengenai Kiyosaki, isi buku-buku ini memberikan pencerahan dan penyadaran tentang uang, kekayaan, kecerdasan finansial (finansial intelegent) , dan kebebasan finansial (finansial freedom). Kalau anda belum pernah, sempatkanlah untuk membaca buku-buku ini. Anda akan memperoleh pemahaman baru dan semangat untuk menuju kebebasan finansial. Buku-buku ini sangat mencerahkan dan memotivasi kita untuk maju dan tidak menyerah kepada kesulitan finansial.
Membahas tentang topik ini, membawa saya pada ingatan ketika masih kuliah, kira-kira 7 tahun yang lalu. Saya membaca buku Rich Dad Poor Dad pertama kali ketika masih kuliah, ketika salah satu teman menginformasi buku ini dan merekomendasikan bahwa buku ini bagus dan wajib dibaca. Buku-buku ini benar-benar membuka kesadaran saya mengenai kecerdasan finansial dan cita-cita untuk merdeka secara finansial. Segera saya menjadi tertarik dengan bidang personal finance, bisnis, dan investasi. Berdasarkan pengetahuan saya yang terbatas itu dan modal yang sedikit, mulailah bermunculan ide-ide untuk berbisnis kecil-kecilan. Pertama kali saya mencoba menjual madu ketika mahasiswa, kecil-kecilan saja, dititipkan ke beberapa toko dan wartel sekitar kost. Terlintas bisnis madu, karena sebagai mahasiswa pendatang, sering pulang kampung. Daripada tangan kosong, saya bawa madu dari kampung kalau balik ke kota tempat kuliah. Di kota asal, saya tahu peternakan madu yang menghasilkan madu bagus. Tapi bisnis ini tidak berjalan lama, bukan karena tidak laku. Karena sebagai mahasiwa, uang terus terang sangat mendesak. Hasil jualan madu dan modalnya malah kepakai untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya modal dagangnya juga habis dan tidak bisa jualan lagi.
Pernah juga menjalankan les privat kecil-kecilan dengan teman. Dan cukup berjalan. Tapi karena keterbatasan kami dalam kuliah, kami tidak bisa mengembangkan les privat itu dengan optimal. Kami jalankan hanya untuk tambahan uang saku, meskipun kalau dipikir tidak terlalu besar, tapi cukuplah untuk ukuran mahasiswa saat itu. Saya ingat sekali pertemuan, satu orang diajar, dengan waktu 2 jam, kita mendapatkan bayaran 25 ribu perpertemuan. Pernah juga saya mengadakan bisnis jasa pulang mudik lebaran mahasiswa. Saat itu, saya dan seorang teman terpikir untuk menjual tiket pulang mudik lebaran. Kami menyewa bus kampus yang sedang tidak dipergunakan untuk dipergunakan pulang kampung, tidak banyak, hanya satu bus. Pada waktu itu saya berfikir bahwa tentu untuk menyewa bus perlu modal oleh karena itu saya mengajak teman yang memiliki kekuatan modal. Urusan administrasi beres, kami mulai menjual tiket ke mahasiswa kampus kami dan kampus tetangga. Ternyata setelah kami jalankan, kami tidak mengeluarkan modal sedikitpun, karena tiket terjual habis dan uang sudah terkumpul sebelum dead line pelunasan sewa bus. Akhirnya, saya bisa mengirit ongkos pulang mudik, karena ikut bis dan gratis.Serta dapat sedikit keuntungan yang kami bagi rata, lumayan pulang mudik punya sedikit uang saku.
Kisah ini sedikit saya ceritakan, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, bahwa bisnis bisa kita mulai dari apa saja yang ada disekitar kita, just do it. Jangan berfikir yang untuk memulai bisnis yang luar biasa dan besar kalau baru memulai. Atau terkendala segala sesuatu yang membelenggu pikiran kita ketika akan melangkah. Saya selalu berprinsip new economy concept, bahwa bisnis dijaman sekarang tidak selalu dimulai dengan modal kapital yang besar. Dengan kecerdasan finansial, kepekaan menangkap peluang, dan relasi, kita bisa saja memulai bisnis. Kalau memang anda bukan orang dengan kemampuan finansial yang kuat, tetap optimis, bahwa akan selalu ada jalan kalau anda mau maju

Intisari buku Rich Dad Poor Dad

Saya ingin menyampaikan point-point pikiran  Robert T Kiyosaki yang disampaikan melakui buku-bukunya. Pelajaran personal finance dari Robert T Kiyosaki didirikan dan dikembangkan berdasarkan kisahnya tentang ayah kayanya (rich dad) dan ayah miskinnya (poor dad) yang ditulis secara rinci pada buku pertamanya Rich Dad Poor Dad. Kiyosaki membandingkan pandangan-pandangan hidup kedua ayahnya yang sukses dibidang masing-masing, akan tetapi mempunyai hasil yang berbeda dalam hal kesuksesan finansial. Buku ini menjadi best seller di bidang personal finance, dan saya mengamati, sejak pertama kali diterbitkan sampai dengan sekarang ini, buku-buku seri Kiyosaki masih dengan mudah kita temui di toko-toko buku. Memang kisah ini masih menuai pro kontra terkait dengan keontentikan kisah ayah kayanya. Pada kesempatan ini saya tidak ingin membahas pro kontra hal ini, akan tetapi mengambil hikmah dari kisah-kisah yang mencerahkan dan membangkitkan motivasi.
Berdasarkan cerita Kiyosaki, dia dilahirkan dari sebuah keluarga yang terpandang di Hawai, terutama dalam bidang pendidikan dan menjadi kepala dinas pendidikan di Hawai pada waktu itu. Ayah kandungnya adalah seorang berpendidikan tinggi dan sangat cerdas. Ayahnya mendapat pendidikan sampai Ph.D kemudian dilanjutkan ke Stanford University, University of Chicago dan Nothwestern University. Untuk pendidikan tingginya ,semua dibiayai oleh beasiswa. Kiyosaki dalam kisahnya menyebut ayah kandungnya sebagai ayah yang miskin (poor dad), karena meskipun sukses dalam pendidikan dan karir, pada akhir hidupnya meninggalkan banyak hutang dan tidak kaya. Sedangkan ayah satunya adalah bukan ayah kandungnya akan tetapi ayah dari temannya, yang darinya Kiyosaki banyak belajar tentang filosofi uang dan kebebasan finansial. Ayah kayanya (rich dad) tidaklah memiliki pendidikan setinggi ayah miskinnya, bahkan tidak lulus pendidikan tingkat 8 nya ( SLTP mungkin kalau di Indonesia) . Akan tetapi diakhir hidupnya, dia menjadi orang terkaya di Hawai. Keduanya adalah orang yang sukses dibidangnya, akan tetapi didalam kebebasan finansial, keduanya berakhir dengan hasil yang berbeda.

Pada saat ayah kayanya belum kaya dan ayah miskinnya belum miskin, kedua orang ayahnya adalah orang yang berusaha keras untuk sukses di bidangnya. Ayah miskinnya bekerja keras di jalur pendidikan dan ingin hidup tenang sebagai pegawai pemerintahaan yang baik, sedang ayah kayanya berusaha keras membangun kerajaan bisnisnya. Kedua ayah Kiyosaki ini memiliki cara pandang yang sangat berbeda terkait uang, pengelolaan, dan tujuan finansialnya. Ayah miskinnya mengatakan bahwa mencintai uang adalah sumber dari segala setan, sedangkan ayah kayanya mengatakan bahwa kehabisan dan kekurangan uang adalah sumber dari setan. Ayah miskinnya mengatakan bekerjalah dengan keras, dapatkan pekerjaan yang baik dan capailah karir setinggi-tingginya, sedang ayah kayanya menyarankan agar segera membangun aset dan mencapai kebebasan finansial (finansial freedom).
Ayah miskinnya, hanya sedikit menyinggung tentang uang dan bagaimana memperolehnya, sedang ayah kayanya setiap hari mengasah otaknya dengan kecerdasan finansial dan mengembangkan bisnisnya.
Berikut beberapa perbedaan pandangan ayah miskin (PD) dan ayah kaya (RD)Kiyosaki terkait tentang uang dan kebebasan finansial :
1. PD : Rumah adalah aset
RD : Rumah yang ditinggali adalah liabilitas.
Rich dad mengatakan, jika kamu berhenti bekerja saat ini, aset akan memasukkan uang kedalam   kantongmu, sedangkan liabilitas mengambil uang dari kantongmu. Seringkali orang biasa mengatakan liabilitas sebagai aset, dan ini adalah pelajaran pertama kalau ingin kaya, harus bisa membedakan mana aset dan mana liabilitas.

2. PD : Saya tidak mampu untuk melakukannya
RD : Apa yang saya lakukan agar mampu?
Pernyataaan saya tidak mampu melakukannya akan mematikan otak kita, dengan pertanyaan yang tepat, pikiran akan terbukan dan akan berusaha menemukan jawabannya.

3. PD : Alasan saya tidak kaya karena kamu nak
RD : Alasan saya harus menjadi kaya karena memiliki kamu nak.

4. PD : Saya tidak tertarik dengan uang
RD : Uang adalah power

5. PD : Apabila berkaitan dengan uang, jangan mengambil resiko, bermainlah dengan aman saja
RD : Belajarlah untuk mengelola resiko.

6. PD : Bayar aku yang terakhir.
RD : Bayar aku yang pertama.
Ayah kayanya selalu mengambil keuntungan dari pendapatannya dan meletakkan uang itu kedalam account investasi yaitu untuk membeli aset-aset dia. Ayah miskinnya membelanjakan semua uangnya pertama dan tidak pernah terpikir untuk berinvestasi.

7. PD : Konsentrasilah pada pendidikan.
RD : Fokuslah pada kecerdasan finansial sebagaiman juga kecerdasan akademik.

8. PD : Belajarlah hanya kata-kata pendidikan.
RD : Belajarlah kata-kata keuangan, kata-kata adalah tool kamu yang paling powerfull.

9. PD : Aku bekerja untuk uang.
RD : Uang bekerja untukku.

10.PD : Berfikir untuk menghasilkan uang akan menyelesaikan masalah keuangan.
RD : Mengetahu bahwa pendidikan finansial adalah jawaban masalah keuangan.
Bukan berapa uang yang bisa anda dapatkan yang terpenting, akan tetapi berapa banyak uang dapat anda pegang dan berapa lama uang tersebut anda pegang.

Asset  dan  leabilitas

Apakah anda ingin kaya? Ya, mayoritas dari kita pasti ingin kaya. Tapi apakah  kaya menurut anda? Apakah punya rumah bagus, atau mobil mewah? Apakah memiliki usaha sendiri? Apakah memiliki tabungan uang bermilyar-milyar? Saya yakin meskipun kita semua atau mayoritas kita ingin menjadi kaya, tapi beragam jawaban definisi yang akan diberikan, atau bahkan kita tidak memiliki jawaban apakah kaya itu. Hal ini penting, karena segala sesuatu kita lakukan harus memiliki tujuan yang jelas. Kalau anda ingin kaya, maka anda perlu tahu apa itu kaya, atau paling tidak menurut definisi anda sendiri apa itu kaya. Ada mungkin sebagian orang bahwa menjadi kaya adalah tidak baik, membawa kita kepada keserakahan, lupa diri, dan hal-hal yang negatif. Hal ini adalah keliru. Kemiskinan dan tidak memiliki keamanan finansial itu adalah sumber dari banyak masalah hidup.

Menurut Robert T Kiyosaki kekayaan adalah berapa lama harta anda mampu menghidupi anda ketika anda tidak bekerja atau tidak menghasilkan pemasukan apapun. Anda bisa dikatakan kaya, kalau anda dapat hidup seumur hidup anda secara terjamin tidak kurang suatu apa, meskipun saat ini tidak bekerja lagi atau tidak menghasilkan pemasukan. Menurut saya hal ini lebih masuk akal dan dan fungsional.  Meskipun anda memiliki uang sangat banyak belum tentu anda lebih kaya dari orang lain yang memiliki uang atau harta yang lebih sedikit dari anda. Anda memiliki uang 10 juta, dan pengeluaran anda sebulan 2 juta, maka kekayaan adan adalah 5 bulan. Sedangkan orang yang memiki uang 20 juta, tetapi pengeluaran bulanannya 5 juta, kekayaannya adalah 4 bulan. Tapi apabila pengeluaran anda sebulan 2 juta, sedangkan uang anda sedangkan tabungan anda 1, 5 milyar, secara hitung kasar cukup untuk menghidupi pengeluaran anda seumur hidup, Itu artinya anda kaya. Sekarang coba anda jawab, apakah anda sudah kaya saat ini dan apakah anda ingin kaya atau hidup terjamin seumur hidup?

Untuk menjadi kaya hal yang harus dimengerti pertama kali adalah tahu dan bisa membedakan aset dan liabilitas, kemudian berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan atau mengusahakan aset dan menekan atau meminimalisir pemilikan liabilitas. Beberapa kali kita sudah membicarakan aset dan liabilitas. Tapi mari kita bahas sekarang dengan lebih jelas. Aset adalah segala sesuatu yang kita miliki yang dapat menghasilkan pemasukan untuk kita. Sederhananya, apa saja yang anda miliki yang dapat memasukkan uang ke dompet anda. Sedangkan Liabilitas adalah apa saja yang anda miliki yang dapat mejadi sumber pengeluaran kita. Atau apa saja yang kita miliki sekarang ini yang dapat mengeluarkan uang dari dompet anda. Segala sesuatu yang anda miliki itu pada dasarnya dibagi menjadi dua itu saja. Tapi saya yakin kita kebanyakan memiliki liabilitas lebih banyak daripada aset. Contoh aset : Deposito menghasilkan interest, Saham menghasilkan deviden, Rumah dikontrakkan menghasilkan uang kontrakan, Komputer dan internet menghasilkan uang online busines, warnet, toko, rental mobil, franchise, reksadana, obligasi dan masih banyak lagi. Itu semua menghasilkan uang untuk anda. Sedangkan contoh liabilitas adalah : Handphone menghabiskan pulsa, televisi menghabiskan listrik, komputer dan internet yang hanya digunakan untuk kesenangan dan mencari gambar porno, mobil, rumah tempat tinggal, mesin cuci, kulkas, dan masih banyak lagi.

Coba anda lihat kesekeliling anda sebentar. Saya yakin kebanyakan dari kita memiliki lebih banyak liabilitas daripada aset. Mungkin anda akan menanyakan, kalau televisi adalah liabilitas. Apakah kita tidak boleh memilikinya? Bagaimana dong nanti tidak bisa nonton sinetron? Yang perlu anda lakukan adalah menyadari bahwa televisi adalah liabilitas. Kalau anda ingin kaya maka anda harus menekan liabilitas, dengan cara apa? Kurangi penggunaan televisi. Jangan biarkan televisi nyala terus meski tidak ada yang nonton, atau tetap menyala meskipun anda tertidur. Dengan menyadari televisi adalah liabilitas, janganlah membeli televisi yang terlalu berlebihan, ukuran besar dengan konsumsi listrik yang besar. Mungkin anda akan mengatakan saya ingin menikmati hidup, kenapa saya tidak boleh beli televisi yang mahal? Boleh, anda boleh menikmati itu semua setelah anda kaya dan mencapai kebebasan finansial.

Ya, kita boleh menikmati gaya hidup yang kita inginkan tanpa terbatas jika anda sudah kaya dan mencapai kebebasan finansial. Sebelum kaya, anda perlu mencapai kebebasan finansial. Kebebasan finansial adalah suatu kondisi dimana pemasukan dari seluruh aset yang anda miliki lebih banyak daripada pengeluaran hidup dan pengeluaran dari seluruh liabilitas anda. Misalkan anda memiliki 3 rumah yang dikontrakkan (aset), dan 3 rumah tersebut bersih menghasilkan 60 juta/tahun, sedangkan pengeluaran bulanan anda total adalah 4 juta (48 juta/tahun), maka itu berarti anda sudah mencapai kebebasan finansial. Ya, kita perlu mencapai kebebasan finansial. Ketika kita sudah mencapai kebebasan finansial, maka hidup kita akan menjadi lebih baik dan bermakna. Anda dapat menjadi dan memilih hidup seperti apapun yang anda inginkan tanpa ada kekawatiran anda tidak bisa menghidupi keluarga. Anda ingin tidak bekerja sama sekali? Anda ingin mendharmakan hidup anda untuk agama dan sosial? atau anda ingin terus bekerja untuk menambah bekal anak atau untuk aktualisasi diri daripada menganggur? Anda ingin memperbesar bisnis dan aset anda? Semua bisa anda pilih dengan perasaan tenang ketika kebebasan finansial sudah anda capai. Bagaimana cara menjadi bebas finansial dan kaya? kuncinya adalah aset .. aset .. aset ..  dan kurangi liabilitas .. liabilitas .. liabilitas. Mari sejak saat ini, kita lebih bijaksana dengan menekan nafsu untuk membeli liabilitas dan berusaha meningkatkan aset


Cashflow Qudrant


http://www.investasigo.com

Belajarlah yang rajin, biar dapat nilai baik dan ranking. Kuliahlah diperguruan tinggi terbaik, dan dapatkan pekerjaan yang baik di perusahaan besar yang bonafide, agar kamu sejahtera. Daftarlah sebagai pegawai pemerintah, kamu akan hidup tenang dan terjamin sampai tua. Gak usah bisnis segala macam, nanti kamu ditipu orang. Cepat cari kerja, jangan bisnis-bisnisan yang nggak menghasilkan. Nasihat-nasihat ini tentu populer buat kita kebanyakan. Orang tua, saudara, teman sekitar seringkali memberikan nasehat ini. Ini nasehat yang baik, tapi untuk era jaman industri, dimana kita memang dituntut memiliki skill yang baik untuk bekerja diberbagai industri. Kita memerlukan lulus dari perguruan tinggi yang baik agar dapat diterima kerja diperusahaan industri yang terkenal. Untuk masuk perguruan tinggi diperlukan nilai-nilai yang baik disekolah. Tapi kita disini didorong untuk menjadi pekerja, buruh.

Sedangkan untuk Indonesia sendiri, menjadi PNS masih menjadi dambaan banyak orang. Saya tidak bermaksud merendahkan profesi PNS, menjadi PNS adalah pekerjaan yang mulia dan perlu, akan tetapi kalau anda ingin kaya, rasanya agak sulit. Hal ini bisa dimengerti, karena selama lebih dari 350 tahun kita pernah dijajah, sehingga waktu itu adalah suatu yang terhormat apabila dapat bekerja kepada pemerintah/company, dan menjamin arus pemasukan yang tetap. Sedangkan profesi lain waktu itu sangat dibatasi,mayoritas adalah petani dan pekerja kasar, sangat sulit untuk masuk dalam ranah bisnis dan perdagangan pada waktu itu, karena dimonopoli oleh penjajah dan kelompok pendukung penjajah. Secara tidak sadar, budaya dan pemikiran seperti ini masih terpatri di banyak warga Indonesia. Budaya menjadi pekerja dan mencari yang aman-aman saja, tidak berani mengambil resiko.

Pernahkah anda mendengar nasehat-nasehat ini sebelumnya. Berbisnilah, jangan cari kerja kalau ingin jadi kaya. Selain belajar rajin disekolah, belajarlah untuk menghasilkan uang sejak masih muda. Kumpulkan uangmu, kemudian dibelikan aset sedikit demi sedikit. Buatlah anggaran keuangan bulanan dan catatlah yang baik nak. Mulailah membangun bisnis, jangan takut mengambil resiko, kalau gagal bangunlah bisnismu yang lain. Berinvestasilah sedini mungkin. Jangan boros, tabunglah uangmu. Hematlah, belanja seperlunya. Mungkin kita belum pernah mendengar nasehat-nasehat ini, atau pun kalau pernah mendengar mungkin tidak segencar nasehat diatas sebelumnya. Ini adalah nasehat-nasehat kecerdasan finansial. Mengapa kebanyakan dari kita jarang mendapatkan nasehat-nasehat kecerdasan finansial? karena mayoritas orang tua dan sekitar kita memang tidak diajarkan itu oleh kakek nenek kita dan lingkungannya. Dalam dunia penuh kesulitan ekonomi karena penjajahan, jangankan berfikir untuk berbisnis atau berinvestasi, untuk makan saja sudah susah, selain itu memang tidak diinginkan munculnya penduduk asli yang mampu berbisnis kuat. Penjajah berbisnis dengan cara monopoli, kekayaan dan harta dikuras habis untuk selanjutnya dikirimkan kenegara asalnya.

Dalam hal ini mungkin kita perlu belajar kepada saudara-saudara kita Tionghoa. Mereka sejak kecil sudah dikenalkan dengan bisnis keluarga. Apabila anak nya memiliki bakat atau kecerdasan tinggi, maka akan disekolahkan tinggi-tinggi agar mencapai kedudukan yang baik, tetapi apabila biasa-biasa saja, maka mereka didik untuk bisa berbisnis, terutama berdagang, sebagai bekal masa depannya. Sejak kecil, sepulang sekolah, mereka diminta untuk membantu mengurus toko keluarga, atau belajar menghitung uang. Dengan cara ini mereka mengajarkan kecerdasan finansial secara langsung, atau on the job training. Terkait dengan ini anda bisa mempelajari dengan lebih baik melalui berbagai sumber yang lain. Berdasarkan pengamatan saya, pola ini memang diterapkan. Teman-teman Tionghoa sepulang sekolah banyak yang jaga toko Bapaknya, seperti toko emas, toko baju, dan toko-toko yang lain. Secara ekonomi, mereka baik, karena mereka bergerak dibidang bisnis dan investasi. Jarang kita temui saudara-saudara Tionghoa mencari pekerjaan dan berkarir merangkak dari bawah.

Saya bukanlah anti pendidikan, karena saya sendiri dulu kuliah di PTN terkemuka di kota Bandung. SD, SMP, SMU saya lalui dengan prestasi akademis yang memuaskan, rangking 1-3 kelas atau sekolah selalu menghiasi raport. Saya sangat mendukung pendidikan. Tetapi yang saya sayangkan, rasanya selama sekolah dan kuliah, sangat sedikit pelajaran mengenai uang, cara mengelola, cara memperolehnya agar kita menjadi makmur dan terjamin hidup kita secara ekonomi dan sosial. Meskipun sebagian besar umur kita nantinya akan bergelut dengan mencari nafkah dan kesejahteraan, tetapi sangat sedikit dibahas dalam pendidikan kita. Dalam sistem pendidikan, kita didik menjadi penghafal segala sesuatu, penghitung segala sesuatu, dan menjadi seorang troubleshooting. Kita didik menjadi pencari kerja yang baik, bukan sebagai pembuat lapangan kerja yang baik. Jujur saja, berapa persenkah pelajaran-pelajaran disekolah dan kuliah yang masih kita ingat dengan baik dan kita gunakan sehari-hari? Bahkan masih ingatkah anda mata pelajaran apa saja yang anda terima ketika SD, ketika SMP, ketika SMU, dan ketika Kuliah dengan detil? Bahkan yang dekat-dekat saja, berapa persen pelajaran kuliah yang anda gunakan ketika bekerja?

Saya melihat setiap tahun puluhan ribu orang diwisuda dari perguruan tinggi, kebanyakan memiliki mimpi indah yang sama, mendapatkan pekerjaan yang layak di perusahaan besar. Demikian juga saya ketika itu. Tetapi ternyata kenyataan tidaklah seindah mimpi. Jumlah lowongan pekerjaan yang sesuai lebih sedikit daripada lulusan yang dihasilkan PT. Meskipun itu perguruan tinggi terkenal, ternyata wisudanya rata-rata memerlukan waktu menunggu cukup lama untuk mendapat pekerjaan. Dari pengamatan saya rata-rata menunggu untuk mendapat pekerjaan adalah 6 bulan, ada yang cepat, ada yang lambat. Saya cukup beruntung, termasuk rata-rata, dan pernah bekerja di 2 perusahaan besar, tetapi bagaimana dengan yang lebih lama dari rata-rata? Sedangkan mereka memegang ijasah perguruan tinggi terkemuka? Tentu beban psikologi akan menjadi sangat berat. Itu bukan isapan jempol, saya pernah menemui teman kuliah seangkatan, sedang test kerja di kampus, dan belum pernah bekerja samasekali meskipun pada waktu itu sudah memasuki tahun ke 4 setelah lulus kuliah. Dan yang seperti itu tidak sedikit. Saya dan banyak teman-teman lain resah, setelah lega sebentar bisa menyelesaikan kuliah,resah menunggu waktu kapan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, sedangkan hidup terus berjalan dan lingkungan menganggap kita orang berpendidikan tinggi yang sukses. Banyak yang akhirnya menghilang, memisahkan diri dari sosial, sebelum mendapatkan pekerjaan, karena merasa malu dan stress.

Poin yang ingin saya sampaikan disini, bahwa ada pilihan lain selain menjadi pekerja untuk menghasilkan uang. yaitu bisnis dan investasi. Kedua bidang ini adalah jalan cepat menuju kebebasan finansial. Apabila anda ingin menjadi kaya dan bebas secara finansial, anda harus mencari jalan anda sendiri di bidang ini dan segera membangun aset. Akan  menjadi lebih baik apabila sejak kecil kita sudah ditanamkan akan kecerdasan finansial ini. Tetapi tidak perlu khawatir, meskipun anda tidak mendapatkan ini sejak kecil, anda dapat meningkatkan kecerdasan finansial dengan banyak membaca buku, seminar, diskusi, dan mencari mentor yang mau membimbing anda untuk membangun aset. Kemudian anda mensetting tujuan anda, dan mulai membangun aset dengan optimal dan semangat. Keempat bidang ini yaitu : Employee, Self Employed, Business Owner, dan Investor, akan kita bahas lebih lanjut dalam artikel selanjutnya mengenai Cashflow Qudrant

Cukup lama rasanya posting terakhir saya mengenai pengantar cashflow quadrant dibuat. Ada yang penasaran dan menunggu lanjutannya nggak ya? Sebenarnya untuk membahas judul ini, saya agak malas (upz, nggak boleh malas ya?) , karena sudah banyak yang mengulas dan bukunya juga masih ada ditoko buku.  Tapi karena menurut saya cashflow quadrant cukup penting dan mencerahkan arah gerak usaha kita, maka saya lanjutkan saja bahasannya. Sedikit banyak saya harus mengingat dan mempelajari lagi topik ini yang pernah dipelajari tujuh tahun yang lalu. Kalau anda sudah membaca bukunya (Cashflow Quadrant oleh Robert T Kiyosaki) silahkan dilewati saja, atau berkomentar dibawah untuk memperkaya isi artikel ini.

Kalau saya tanya sekarang ini apakah pekerjaan anda sekarang ini? Mungkin ada yang menjawab PNS, karyawan swasta, dokter, mahasiswa, pedagang pasar, bisnis blog, penjaga warnet, dan lain sebagainya. Itu semua benar, tapi tahukah anda sebenarnya di dunia ini hanya ada 4 quadrant atau kelompok untuk mencari uang dan berkarir. Pengelompokan menjadi 4 qudrant ini terkait dengan cara memperoleh uangnya, sehingga disebut cashflow quadrant. 4 kelompok/quadrant ini adalah Employee (pegawai atau buruh), Self Employed(bekerja sendiri), Business Owner (pemilik bisnis), dan Investor (penanam modal). Pembagian tersebut dapat anda lihat dibawah ini.

Penjelasan :
E : Employee
S : Self Employed
B : Business Owner
I : Investor

E dan S termasuk quadrant kiri
B dan I termasuk quadrant kanan

Employee (pegawai atau buruh)
Adalah orang yang mendapatkan uang dengan cara bekerja kepada orang lain, atau suatu sistem bisnis yang merupakan milik orang lain, atau kepada organisasi milik orang lain. Employee menjual waktu dan kemampuannya untuk memberikan added value kepada bisnis atau organisasi orang lain. Employee bisa saja seorang office boy, seorang salesman, seorang supervisor, seorang manager, presiden direktur perusahaan, PNS, bahkan presiden negara ini adalah seorang Employee. Ciri khas seorang employee adalah dia akan digaji berdasarkan waktu dan kemampuan yang diberikan, dan menerima gaji rutin bulanan atau periodik dengan jumlah tertentu dari orang lain, perusahaan, organisasi, atau bahkan dari negara.

Seorang employee bisa sukses atau bisa juga dipecat. Seorang employee, tidak akan memperoleh gaji apabila dia tidak bekerja. Setiap saat siap menerima kemarahan atasan atas performance kerja yang tidak baik. Menerima gaji bulanan yang jumlahnya tertentu, atau bahkan seringkali merasa kurang, tetapi tidak memiliki daya kemampuan untuk menaikkan gajinya sendiri. Sering berharap-harap cemas, mendapatkan kenaikan gaji suatu saat, dan berusaha bekerja dengan lebih keras untuk mendapat penilaian baik atas kinerjanya, dengan harapan akan dipromosikan dan dengan cara itu akan mendapatkan kenaikan gaji. Seorang employee memiliki atasan yang harus diikuti perintahnya dan menjaga hubungan baik dengan atasan tersebut agar tidak kehilangan pekerjaan.

Self Employed (bekerja sendiri)
Termasuk dalam self employed adalah orang-orang yang bekerja mandiri atau lepas. Biasanya mereka adalah seorang profesional yang memiliki keahlian tertentu. Ciri khas dari self employed adalah dia jalankan sendiri, dia lakukan sendiri, dan pemasukan dia terima sendiri. Contoh self employed adalah seorang dokter praktek di klinik sendiri, pengacara yang membuka biro sendiri, tukang cukur rambut pinggir jalan, pedagang asongan, calo angkot, penulis lepas, dan lain-lain. Mereka mendapatkan uang atas jual jasa dan tenaga mereka sendiri secara personal. Tetapi mereka tidak akan mendapatkan penghasilan apabila tidak bekerja, misalnya dokter tidak praktek, pedagang rokok tidak ngasong, maka mereka tidak akan mendapatkan uang.

Self employed lebih bebas daripada employee, karena mereka menjadi majikan sekaligus bawahan sendiri, semua diatur dan ditangani sendiri. Dari segi penghasilan mereka tidak menerima gaji rutin sebagaimana employee, penghasilan mereka naik turun sebanding dengan usaha dan doa mereka sendiri. Seorang self employed bisa saja memiliki seorang asisten atau pekerja, seperti dokter dibantu resepsionis dan perawat, tetapi tetap, tanpa dokter bekerja, maka tidak akan mendapatkan penghasilan. Semakin keras usaha self employed, maka semakin besar penghasilan yang diperoleh, misalnya seorang dokter ingin menambah pemasukan dengan cara menambah jam buka praktek, selain dengan promosi.

Business Owner (pemilik bisnis)
Bisnis owner memperoleh uang dari sistem yang dia buat. Toko dibuat dengan suatu sistem sehingga bisa berjalan sendiri ada kasir, ada bagian stok/logistik, ada supervisor, ada cleaning sercive, dan sebagainya yang diatur dan dibuat sistem perdagangan toko. Bisnis owner atau biasanya familiar kita sebut sebagai bisnisman/bisniswoman berusaha keras agar sistem yang dia bangun running well dan mendapatkan profit dari sistem bisnisnya. Ciri khas dari bisnis owner adalah bekerja tidak terikat waktu, dan penghasilan tidak berbanding lurus dengan waktu kerja yang di pergunakan. Meskipun dia tidak bekerja, seperti pemilik warnet, kalau sudah running well, maka warnet itu tetap memberikan pemasukan buat bisnis owner.

Seorang bisnis owner memiliki kekuasaan terhadap bisnis dan pekerjanya. Dia berhak memutuskan untuk mem-PHK pegawainya apabila tidak perform. Tetapi dia memiliki resiko yang jauh lebih besar dari employee dan self employee yaitu bangkrut. Apabila seorang employee gagal, hanya PHK konsekwensi logisnya, dan mungkin di bisa mencari pekerjaan lagi. Self employed demikian juga. Sedangkan seorang business owner biasanya memiliki resiko bangkrut yang berakibat lebih masive, menyangkut uang banyak dan nasib para pekerjanya. Tetapi kalau berjalan lancar, seorang business owner akan memperoleh pemasukan yang jauh lebih besar dari pekerja. Apakah anda pernah mendengar seorang pegawai memperoleh gaji lebih besar dari untung perusahaan? Untung perusahaan itulah pemasukan untuk bisnis owner.

Investor (penanam modal)
Investor adalah orang yang memperolah uang dari uangnya yang diputar. Penghasilan seorang investor juga tidak dipengaruhi oleh waktu kerja yang diberikan. Bahkan seorang investor bisa tidak bekerja sama sekali, dan uangnya yang bekerja untuk dia. Besar kecil pemasukan uang seorang investor ditentukan oleh pengetahuan dan keahlian dia dalam mengelola uang dan mendayagunakan uang yang dimilikinya agar menjadi lebih berguna dan menguntungkan. Investor bisa saja menginvestkan uangnya dalam bisnis riil atau dalam investasi finance. Contoh seorang investor adalah investor property, membeli rumah dan apartemen untuk dikontrakkan. Membeli saham dengan return dan pembagian dividend yang tinggi untuk dia, mengeluarkan uang investasi membuka warung bakso, yang dikelola oleh teman, membayar sejumlah uang untuk membeli franchise, membeli mobil untuk direntalkan dengan cara dititipkan ke perusahaan rental, seperti Cipaganti rental, dan lain-lain. Investor hanya memiliki tiga kemungkinan, rugi, impas, atau untung. Semakin mahir dia memutar uangnya, maka semakin deras uang mengucur.

Sekarang coba anda jawab, anda di quadrant mana sekarang? Memang tidak selalu orang hanya di salah satu quadrant, employee saja, atau investor saja, tapi bisa saja satu orang berdiri di dua atau lebih quadrant. Contohnya seorang pegawai bank (employee), invest uang disaham (investor), dan dia membuka toko handphone di suatu mall (bisnis owner dan investor). Itu lebih baik. Sebenarnya 4 quadrant diatas dibagi menjadi 2, yaitu quadrant kiri (employee-self employed) dan quadrant kanan (bisnis owner-investor). Seorang yang ingin makmur dan bebas secara finansial memang harus berusaha untuk menjadi quadrant kanan atau berusaha untuk memiliki kaki di quadrant kanan


Kumpulan evaluasi fundamental sistem pendidikan dunia


Indonesian Strong from Home

Senin, 26 April 2010

POTRET PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT YANG DIILUSTRASIKAN OLEH THOMAS AMSTRONG Phd. PADA DEKADE 90-AN

Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia.

Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.

Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.

Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam

Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak

Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu;

Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.

Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.

Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.

Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.

Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.

Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu.

Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.

Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.

Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.
Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.

Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.

Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.

Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya; perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya. Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.

Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah. Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya…. kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..

Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.

Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?

Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya. Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya. Atau bahkan untuk sekedar membuat CV yang bagus saja tidak banyak lulusan perguruan tinggi yang mampu melakukannya.

Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya. Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga, malah belakangan ini yang tawuran adalah mahasiswa para calon guru. Mau jadi apa anak-anak muridnya kelak.

Apa yang menjadi biang keladi dari kehancuran sistem pendidikan di dunia pada umumnya..?

1. Sistem yang tidak menghargai proses
Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai; siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir. Oleh karenanya ada seorang teman yang kuliah di perguruan tinggi di Bandung, hanya masuk seminggu menjelang ujian saja. Apa katanya… percuma masuk tiap hari yang penting ujian bisa sudah nilai kita bagus dan pasti lulus.

2. Parrot Learning System yakni Sistem yang hanya mengajari anak untuk menghafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya
Apa buktinya? coba ingat-ingat seberapa lama kita ingat materi ujian yang kita pelajari setelah di ujikan..? seminggu..? atau malah besoknya sudah lupa..? Apa beda belajar dengan menghafal; Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan. Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja. Menghafal bukanlah sesuatu yang harus dipelajari, hafal adalah produk dari kebiasaan yang berulang-ulang dan tidak perlu menggunakan effort yang melelahkan otak. Sebut saja jalan kekantor dan pulang kerumah, karena setiap hari kita lakukan maka kita hafal betul lika-likunya hingga jam-jam macetnya tanpa perlu memeras otak seperti kebanyakan anak-anak yang harus menghafal untuk menghadapi ulangan mereka.

Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajadnya dibanding mahluk manapun didunia. Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi atau HOT; yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis; sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap. Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.

3. Sistem sekolah yang berfokus pada nilai
Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa. Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).

Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setangah sekarat untuk mencapainya. Nyatanya toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang. Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses dikehidupan nyata.

Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu; betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah; dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata.

Sementara jika kita kaji lagi; apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan disekolah itu…?

Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya.

Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat; berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut; apakah 3 bulan…? 1 bulan..? atau cukup hanya semalam saja..?

Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru; apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh..?

Jadi wajar saja; meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi; negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.

4. Sistem pendidikan yang Seragam-sama
Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak; maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal. Andalah yang paling tahu perbedaan-perbedaanya.

Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.

Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda. Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam.

Sementara sistem pendidikan seolah-oleh menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan mengyelenggaraan sistem pendidikan yang sama dan seragam. Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa/berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.

5. Sekolah adalah Institusi Pendidikan yang tidak pernah mendidik (Knowing vs Being)
Sekilas judul ini tampaknya membingungkan; tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan kita.

Apa beda mendidik dengan mengajar…?

Ya.. tepat!, mendidik adalah proses membangun moral/prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku/akhlak yang baik.

Ya..! memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Agama, Moral Panca Sila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja; bukan aplikasi dilapangan. Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan; seperti hafalan butir-butir Panca Sila dsb. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo; terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).

Jadi wajar saja jika anak-anak kita tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya; melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja dikepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.

6. Sistem Pendidikan berbasiskan kelas dan teori
Bayangkan betapa menakutkannya sistem sekolah yang ada saat ini; setiap siswanya yang kelak akan hidup di dunia yang beragam diluar sana, namun selama bertahun-tahun hanya mengenal suatu ruangan dengan meja dan bangku yang berderet-deret. Ruang yang sakral ini diberi nama dengan “Kelas”. Mereka tidak pernah diajak untuk menjelajahi berbagai kehidupan nyata diruang kelas, sementara kehidupan mereka kelak menuntut mereka bisa berkiprah diluar ruang kelas. Sungguh kasihan nasib anak-anak kita.

Siswa yang kelak akan berhadapan dengan realitas hidup dan tantangan yang multi dimensi ini pun sayangnya hanya diajarkan untuk mengetahui sebatas buku dan teori. Bahkan sebagian besar teori yang diajarkan adalah teori masa lalu yang sebagian besar telah usang karena begitu cepatnya perubahan zaman. Sehingga sering kali mereka mempelajari sesuatu yang sudah kadaluarsa dan ditinggalkan oleh dunia.

Jadi wajar saja jika anda mendapati para lulusan terbaik dari perguruan tinggi terbaik sekalipun masih membutuhkan waktu untuk belajar lagi untuk bekerja atau bahkan perlu pelatihan berbulan-bulan agar bisa menggunakan alat-alat yang belum pernah dikenalnya.

Sungguh pendidikan dengan realitas hidup ibarat sebuah pepatah “jauh panggang dari api”.

Perhatikan Fakta berikut dari riset yang dilakukan oleh Dale Carnigie Insitute ….
SISTEM ————————-REALITAS
PEMBELAJARAN————–KEHIDUPAN

> 90% di ruang kelas—–30% – 50% diruangan mirip kelas
> 90% teori——————–Berapa persen teori..?

7. Sekolah yang menghakimi anak dengan sistem rangking
Aneh sekali sistem pendidikan di negeri ini; setiap orang tua mengirim anaknya kesekolah pasti dengan satu tujuan dan harapan, yakni agar anaknya berhasil. Tapi sayangnya harapan orang tua banyak yang justru kandas disekolah. Mengapa…? karena ternyata fungsi sekolah yang ada hanyalah untuk menghasilkan dua kelompok anak yakni yang Berhasil dan yang Gagal. Bukan menjadikan setiap anak berhasil.

Ternyata faktanya dari tahun-ketahun rata-rata jumlah yang gagal jauh lebih banyak dari jumlah yang berhasil…? Tapi anehnya orang tua masih saja berbondong-bondong mengirim anaknya kesekolah meskipun hanya untuk sekedar mendapatkan pembenaran bahwa anaknya masuk kelompok yang berhasil atau yang gagal. Berapa banyak juara dalam setiap kelas…?

Tak bisakah sekolah itu menjadikan semua anak menjadi sukses..? Tak mampukah sekolah menjadikan setiap muridnya menjadi anak yang berhasil..? Masih maukah para orang tua mengirim anaknya ke sekolah semacam ini..?

8. Sistem Pendidikan yang tidak memiliki tujuan jelas
Saya sering mengajukan pertanyaan yang sederhana pada para siswa sekolah, untuk apa kalian bersekolah..? jawaban mereka biasanya hampir sama seperti biar jadi anak pintar, biar jadi orang berhasil dan sejenisnya. Tapi maksud saya adalah apa persisnya tujuan akhir bersekolah bagi kehidupanmu kelak. Apakah hanya untuk lulus saja kemudian kebingungan mencari kerja dan akhirnya menjadi pengangguran baru atau persisnya bagaimana?

Mulailah para siswa kebingungan dengan pertanyaan semacam ini. Yah wajar mereka kebingungan karena memang mereka tidak pernah diajak untuk memikirkan hal ini, atau mungkin para guru dan pembuat kebijakan pendidikan juga tidak terpikir tentang hal ini.

Bayangkan sejak kita bersekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi begitu banyak mata pelajaran yang harus kita perlajari dan kuasai namun ternyata hanya sedikit sekali yang kita gunakan dalam kehidupan nyata. Padahal kita perlu usaha keras dan biaya yang tidak sedikit untuk mempelajarinya. Lalu untuk apa semua yang ada dikurikulum itu kita pelajari kalo ternyata kelak kita tidak menggunakannya. Ambil saja contoh sejak SMP kita diajarkan matematika Sinus, Cosinus dan Tangen, tapi nyatanya dalam hidup kita hanya gunakan Tambah, Kali, Kurang dan Bagi saja. Mengapa ini tidak diajarkan saja pada jenjang perguruan tinggi jurusan matematika, yang jelas-jelas mereka akan gunakan bagi profesinya kelak. Itupun kalau digunakan..?

Tapi sayangnya jika kita ajukan pertanyaan ini pada para guru, merekapun kebingungan untuk menjawabnya dan bahkan jikapun ini kita tanyakan pada perwakilan Diknas setempat mereka juga sama tidak tahunya.

Sementara begitu banyak pelajaran yang diperlukan oleh siswa untuk meraih sukses dalam kehidupannya kelak justru tidak diajarkan disekolah. Sebut saja mata pelajaran kewirausahaan, etos kerja, cara berpikir kritis dan kreatif, pengendalian emosi, mengenal potensi diri, berpikir positif dsb.
Jadi wajar saja jika para lulusan SMA dari masa-kemasa terus merasa kebingungan untuk menentukan tujuan atau jurusan sekolahlanjutan bagi dirinya.

9. Sistem ujian berbasiskan tulisan
Bayangkan dalam kehidupan nyata, sebagian besar anak-anak kita kelak harus berkarya dengan berbagai cara dan alat untuk bisa sukses dalam kehidupan.

Sementara selama lebih dari 18 tahun mereka bersekolah, mereka hanya dididik untuk tulis menulis, seluruh pelajaran hingga ujian disusun berdasarkan tulisan. Ini jelas sebuah sistem yang tidak masuk akal.

Sistem inilah yang telah membuat anak-anak lulusan sekolah canggung menghadapi kehidupan nyata yang ternyata tidak hanya sebatas tulis menulis saja, melainkan kombinasi dari banyak hal mulai dari berpikir, bergerak, tampil didepan umum, memotivasi menyusun strategi dan sebagainya. Sementara tulis menulis hanyalah salah satu bidang/profesi dari berjuta-juta profesi yang ada didunia ini. Namun sayangnya anak-anak kita hanya mengetahui tulis-menulislah dari kegiatan bersekolahnya selama bertahun-tahun, dan tidak pernah diajari untuk mengetahui lebih banyak kegiatan baik dari mencoba langsung ataupun kunjungan, kecuali 1 kali dalam sekian tahun yakni Jalan-jalan Belajar atau yang lebih dikenal dengan “Study Tour” yang nyatanya lebih banyak rekreasinya dari pada belajarnya.

SISTEM SEKOLAH——versus ——-REALITAS KEHIDUPAN

> 90%UJIAN TULISAN sementara realitas kehidupan 80% PRAKTEK DENGAN BERBAGAI METODE DAN ALAT

KEMAMPUAN AKHIR MAMPU MENJAWAB SOAL TERTULIS SAJA sementara realitas kehidupan menuntut KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN KHUSUS DENGAN BERBAGAI METODE DAN ALAT bukan dengan tulisan saja.

10. Pandangan yang rendah terhadap mata pelajaran NON EKSAKTA
Selama sekian puluh tahun telah pengkotak-kotakan ilmu pengetahuan dan seni, seolah-olah satu ilmu lebih penting dari lainnya serta sains lebih penting dari pada seni. Hal ini sangat bertentangan dengan pernyataan Leonardo Da Vinci sang jenius sepanjang zaman yang mengatakan bahwa Seni dan Sains adalah keahlian dan kemampuan manusia yang setara dan bahkan beliau menyatakan bahwa untuk bisa memahami Sains manusia perlu lebih dahulu memahami Seni.

Akibat proses pengkotak-kotakan yang dilakukan oleh sistem pendidikan dalam bingkai kurikuler dan ekstra kulikuler akibatnya kita ikut-ikutan melakukan pengkotak-kotakan yang sama. Padahal nyatanya dalam kehidupan orang yang ahli sains kehidupannya tidak jauh lebih baik dengan para maestro dibidang seni seperti Deni Malik, Guruh Sukarno Putera, Basuki Abdullah, Krisdayanti dsb.
FAKTA..!
BERAPA BANYAK TOKOH SUKSES YANG ANDA KENAL
PADA BIDANG NON EKSAKTA…?
PENYANYI…?
KOREOGRAFER..?
FOTO GRAFER..?
SUTRADARA..?
NOVELIS..?
PRESENTER..?
OLAHRAGAWAN..?
PELUKIS..?
PERANCANG BUSANA..?
AGAMAWAN..?
BUDAYAWAN…?
JURU MASAK…?

11. Fenomena sekolah Unggulan
Saya bingung mengapa ada yang disebut sebagai sekolah unggulan/favorit, bukankah setiap sekolah harusnya menjadi tempat favorit bagi siswanya untuk belajar..? dan mampu mencetak setiap anak menjadi anak unggulan..?

Saya juga menjadi bertambah bingung, sesungguhnya apa hebatnya satu sekolah bisa menjadi favorit/unggulan..? Lah wong sekolahnya sendiri saja sudah menseleksi calon siswanya dan hanya mau menerima siswa-siswa dengan kategori unggul.

Tentu saja memang sudah sepantasnya, jika satu mesin yang bahannya memang sudah unggul hasilnya juga harus unggul. Jadi kalau begitu sesungguhnya sekolah favorit/unggulan itu ya biasa-biasa saja tidak ada yang hebat. Mungkin sebuah sekolah favorit/unggulan baru dapat dibilang hebat jika dia berhasil mencetak anak-anak dari yang biasa-biasa saja menjadi anak-anak yang berprestasi dan unggul.

Seperti kata pepatah mesin cetak yang hebat adalah bila ia bisa mengubah loyang menjadi emas. tapi hanya mampu mengubah emas menjadi emas juga ya semua tukan emas di pasar juga mampu melakukannya.

ARTIKEL INI DIMUAT BUKAN UNTUK DI PERDEBATKAN, MELAINKAN UNTUK BAHAN RENUNGAN, BIARKAN HATI NURANI DAN PENGALAMAN KITA YANG BERBICARA. SEMOGA KITA BISA SEGERA MENGIKUTI JEJAK NEGARA-NEGARA MAJU UNTUK MEMBUAT PERUBAHAN YANG FUNDAMENTAL BAGI PENDIDIKAN ANAK-ANAK KITA KEDEPAN DAN TIDAK HANYA SEKEDAR MENGUBAH SMA MENJADI SMU DAN KINI KEMBALI DI UBAH MENJADI SMA KEMBALI, ATAU TES PERINTIS, YANG DIUBAH MENJADI SIPENMARU, KEMUDIAN UMPTN, KEMUDIAN MENJADI SPMB DAN ENTAH APA LAGI..?

Catatan: Artikel ini telah di bahas oleh Ayah Edy LIVE di SMART FM pada Selasa Malam 4 Mei 2010 sebagai bagian dari peringatan Hari Pendidikan Nasional. Bagi para guru dan orang tua yang belum sempat mendengarkannya pastikan untuk mendengarkan Rekamannya yang akan di tayang ulang pada Sabtu Pagi pukul 10.00-12.00 WIB


Robert Kiyosaki


Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Robert Toru Kiyosaki (lahir 8 April 1947; umur 63 tahun) adalah seorang investorusahawanpenulis dan motivator. Kiyosaki menjadi terkenal karena buku yang ditulisnya berjudul Rich Dad, Poor Dad. Buku ini merupakan bagian dari seri buku-buku dan material lain tentang motivasi. Ia telah menulis 15 buku yang secara akumulatif telah terjual lebih dari 26 juta buah. Meski ia memulai penerbitan bukunya dengan menerbitkan sendiri, buku-bukunya kemudian diterbitkan oleh Warner Books, sebuah divisi dari Hachette Book Group USA, penerbit buku yang cukup terkenal di Amerika Serikat. Pada saat ini, buku-buku barunya diterbitkan oleh perusahaan penerbitan miliknya yaitu “the Rich Dad Press imprint”. Tiga dari bukunya yaitu Rich Dad Poor DadRich Dad’s CASHFLOW Quadrant, dan Rich Dad’s Guide to Investing, telah menjadi 10 buku terlaris secara berkesinambungan di The Wall Street JournalUSA Today serta New York Times. Buku Rich Kid Smart Kid yang diterbitkan pada 2001, diterbitkan dengan maksud membantu orangtua merancangkan keuangan bagi anaknya. Dia telah membuat tiga macam papan permainan “Cashflow” berikut perangkat lunaknya, baik bagi anak-anak maupun dewasa. Ia juga memiliki kaset dan piringan magnetik kompak bagi seri “Rich Dad”-nya. Selain itu ia juga menerbitkan buletin bulanan.

Kehidupan Pribadi

Sebuah generasi keempat Jepang-Amerika, Robert Kiyosaki dilahirkan dan dibesarkan di Hawaii. Dia adalah putra dari almarhum pendidik Ralph H. Kiyosaki (1919-1991). Setelah lulus dari Hilo High School, ia memasuki US Merchant Marine Academy di New York, lulus pada tahun 1969 sebagai perwira dek. Dia kemudian bertugas di Korps Marinir sebagai pilothelikopter tempur selama Perang Vietnam, di mana ia dianugerahi Medali Angkatan Udara.

Kiyosaki keluar dari Korps Marinir pada tahun 1974 dan mendapat pekerjaan menjual mesin fotokopi untuk Xerox Corporation. Pada tahun 1977, Kiyosaki memulai sebuah perusahaan yang memperkenalkan dompet “surfer” berbahan nilon dan Velcro untuk pertama kalinya kepada pasar. Perusahaan ini cukup berhasil pada awalnya tapi akhirnya bangkrut. Pada awal 1980-an, Kiyosaki memulai bisnis T-shirt berlisensi untuk Heavy metal band rock. Sekitar 1996-1997 ia meluncurkan CASHFLOW Technologies, Inc yang mengoperasikan dan memiliki merk dagang Rich Dad (dan Cashflow) brand.

Keluarga

Ia menikah dengan Kim Kiyosaki. Memiliki seorang saudara kandung perempuan, Emi Kiyosaki, yang menjadi Bhikkhuni Buddha Tibet dan dikenal dengan nama Tenzin Kacho

Pengajaran

Sebagian besar dari ajaran-ajaran Kiyosaki fokus pada menghasilkan pendapatan pasif dengan cara investasi peluang, seperti real estate dan bisnis, dengan tujuan untuk bisa mendukung diri sendiri hanya dari investasi semacam itu. Sejalan dengan hal ini, Kiyosaki mendefinisikan “aset” sebagai hal-hal yang menghasilkan cash inflow, seperti sewa properti atau bisnis-dan “kewajiban” sebagai hal-hal yang menggunakan uang tunai, seperti rumah, mobil, dan begitu di. Kiyosaki juga berpendapat bahwa keuangan leverage (keuangan) sangat penting untuk menjadi kaya.

Kiyosaki menekankan apa yang disebutnya “melek keuangan” sebagai sarana untuk mendapatkan kekayaan. Dia mengatakan bahwa kecakapan hidup seringkali paling baik dipelajari melalui pengalaman dan bahwa ada pelajaran penting yang tidak diajarkan di sekolah. Dia mengatakan bahwa pendidikan formal terutama bagi mereka yang ingin menjadi karyawan atau wiraswasta, dan bahwa ini adalah sebuah ide “Era Industri.” Dan menurut Kiyosaki, dalam rangka untuk memperoleh kebebasan finansial, seseorang harus menjadi pemilik bisnis atau investor, guna menghasilkan pendapatan pasif.

Kiyosaki berbicara sering dari apa yang ia sebut “The Cashflow Quadrant,” alat konseptual yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana semua uang di dunia diperoleh. Digambarkan dalam sebuah diagram, konsep ini mensyaratkan empat kelompok, dibagi dengan dua garis (satu vertikal dan satu horisontal). Pada masing-masing empat kelompok ada surat yang mewakili sebuah cara di mana seorang individu mungkin memperoleh pendapatan. Huruf adalah sebagai berikut.

  • ‘E:’ Employee atau Karyawan – Bekerja untuk orang lain.
  • ‘S:’ Self-employed atau Pemilik Bisnis Kecil – Di mana seseorang memiliki pekerjaan sendiri dan menjadi bos bagi diri sendiri.
  • ‘B:’ (Boss) Pemilik Bisnis Besar – Di mana seseorang memiliki sebuah “sistem” untuk membuat uang, bukan pekerjaan untuk menghasilkan uang.
  • ‘I:’ Investor – Menginvestasikan atau menanamkan uang pada suatu bidang yang menghasilkan pemasukan lebih besar.

Buku-buku

Kiyosaki terkenal karena bukunyaRich Dad, Poor Dad , # 1New York Times bestseller. Diikuti dengan Kiyosaki Rich Dad’s CASHFLOW QuadrantdanRich Dad’s Guide to Investing. Ia sekarang memiliki setidaknya selusin buku yang telah diterbitkan. Daftar sebagian buku-bukunya sudah termasuk di bawah ini.

Rich Dad, Poor Dad

Rich Dad, Poor Dad (Ayah Kaya, Ayah Miskin) adalah buku yang membahas masalah finansial yang dihadapi banyak orang dikarenakan ajaran keliru orang tua mereka mengenai keuangan, yang juga dialaminya semasa kecil dan remaja. Ayah yang mengajarkan pengetahuan finansial di dalam buku ini disebut Ayah Miskin (“Poor Dad”) dan Ayah Kaya (“Rich Dad”). Ayah Miskin yang dimaksudkan oleh Robert adalah ayah kandungnya sendiri yang ia bandingkan dengan ayah temannya yang ia sebut sebagai Ayah Kaya. Ayah kandung Robert adalah seorang guru yang berpendidikan tinggi yang selalu menekankan anak-anaknya untuk giat bersekolah supaya bisa mendapatkan nilai yang bagus di sekolah dan pekerjaan yang terjamin di masa mendatang. Dengan kata lain Ayah Miskin menyarankan agar anaknya menjadi pegawai yang berpenghasilan tinggi, namun tetap bergantung kepada gaji sepanjang hidupnya. Namun berbeda dengan saran Ayah Kaya yang tidak berpendidikan tinggi namun mengajarkan agar anak-anaknya untuk mengambil resiko membangun usaha dan menjadi investor setelah mereka lulus sekolah. Kedua ayah ini disebutkan telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupannya yang sekarang, karena dengan ajaran Ayah Kaya, ia bisa berhasil dalam bidang finansial, dan dengan pengaruh ayah kandungnya yang merupakan seorang pendidik terkenal, Robert bisa menjadi pengajar banyak orang mengenai pendidikan ekonomi yang ia ciptakan. Buku Rich Dad Poor Dad saat ini telah diterjemahkan dalam 35 bahasa.

Cashflow Quadrant: Rich Dad’s Guide to Financial Freedom (2000)

Cashflow Quadrant adalah investasi keuangan pribadi dan buku yang ditulis dengan Sharon LechterCPA sebagai sekuelRich Dad, Poor Dad. Di dalamnya, Kiyosaki membahas apa yang dia sebut kuadran arus kas: kotak yang terdiri dari huruf “E”, “S”, “B”, dan “I.” Kuadran arus kas itu sendiri hanya sebuah alat ilustratif untuk menunjukkan perbedaan antara Karyawan, Wiraswasta / Pemilik Bisnis Kecil, Bisnis pemilik (tidak secara langsung terlibat dalam sehari-hari operasi perusahaan), dan Investor. Kiyosaki membahas perbedaan antara konsep dan ide-ide karakteristik dari masing-masing kuadran, khususnya saat mereka berhubungan dengan pendapatan pasif dan pajak keuntungan.

Rich Dad’s Guide to Investing: What the Rich Invest in, That the Poor and the Middle Class Do Not! (2000)

Rich Dad’s Guide to Investingmemberikan pembaca sebuah peta jalan untuk menjadi Ultimate Investor, tipe orang yang menggunakan uang orang lain untuk menciptakan investasi yang orang ingin membelinya. Sementara dua buku pertama menggunakan stroke luas, yang satu ini masuk ke dalam jauh lebih detail tentang benar-benar menerapkan beberapa strategi yang dibahas.

Rich Kid, Smart Kid (2001)

Rich Kid, Smart Kidadalah menceritakan kembali dari pandangan Kiyosaki, padat dan diklarifikasi untuk mencoba dan membantu orang tua lebih memahami dan mengajar anak-anak mereka kunci konsep keuangan. Ini mencakup serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan orangtua dengan anak mereka untuk membuat mereka menyadari properti, keuangan dan berbagai cara dan tempat bisnis menghasilkan uang.

Rich Dad’s Prophecy (2002)

Rich Dad’s Prophecymemprediksi bahwa pasar akan mengalami keruntuhan Ekonomi sekitar 2016 ketika generasi tertua Baby Boomers mulai menguangkan rencana mereka 401 (k). Individu yang memiliki tabungandi dalam skema ke 401 (k) yang terencana akan menderita karena ini skema rencana pensiun ini ternyata tidak fleksibel dan tidak dapat bertahan dalam kondisi pasar yang sedang menurun bear market.

Why We Want You To Be Rich, ditulis bersama Donald Trump (2007)

Why We Want You To Be Rich atau Mengapa Kami Ingin Anda Untuk Menjadi Kaya adalah sebuah buku yang ditulis oleh Robert Kiyosaki dan Donald Trump. Mendorong individu untuk menjadi melek finansial di era mendatang untuk memerangi masalah yang dihadapi Amerika Serikat, seperti penyusutan kelas menengah dan hak mentalitas.

Buku-buku Lain

  • If You Want to be Rich & Happy, Don’t go to School (1992)
  • The Business School for People Who Like Helping People (2001) – endorses multi-level marketing.
  • Retire Young, Retire Rich (2001)
  • Rich Dad’s The Business School (2003)
  • Who Took My Money (2004)
  • Rich Dad, Poor Dad for Teens (2004)
  • Before You Quit Your Job (2005)
  • Rich Dad’s Escape from the Rat Race – Comic for children (2005)
  • Rich Dad’s Increase Your Financial IQ: Get Smarter with Your Money (2008)
  • Rich Dad’s Conspiracy of the Rich: The 8 New Rules of Money (2009 – free online edition)

Sebagian Bibliografi

  • If You Want to Be Rich & Happy: Don’t Go to School? : Ensuring Lifetime Security for Yourself and Your Children (1992). ISBN 0-944031-38-2.
  • Rich Dad, Poor Dad – What the Rich Teach Their Kids About Money – That the Poor and Middle Class Do Not! (first published in 1997), by Robert Kiyosaki & Sharon L. Lechter. Warner Business Books. ISBN 0-446-67745-0.
  • Cashflow Quadrant: Rich Dad’s Guide to Financial Freedom (2000). ISBN 0-446-67747-7.
  • Rich Dad’s Guide to Investing: What the Rich Invest in, That the Poor and the Middle Class Do Not! (2000). ISBN 0-446-67746-9.
  • Rich Dad’s Rich Kid, Smart Kid: Giving Your Children a Financial Headstart (2001). ISBN 0-446-67748-5.
  • Rich Dad’s Retire Young, Retire Rich (2002). ISBN 0-446-67843-0.
  • Rich Dad’s Prophecy: Why the Biggest Stock Market Crash in History Is Still Coming… and How You Can Prepare Yourself and Profit from It! (October, 2002). Warner Books, Incorporated. ISBN 0-641-62241-4.
  • You Can Choose to be Rich (2003) 12-CD Audio series with booklet.
  • Rich Dad’s Before You Quit Your Job : 10 Real-Life Lessons Every Entrepreneur Should Know About Building a Multimillion-Dollar Business (2005). ISBN 0-446-69637-4.

Pengaruhnya di Indonesia

Robert Kiyosaki memberikan paradigma baru bagi dunia intelektual, bisnis dan Sumber Daya Manusia di Indonesia. Ia memberikan pemahaman yang bagi banyak kalangan cukup menyentak, yaitu bahwa mencari uang bisa dilakukan dengan sejumlah cara selain menjadi pegawai. Empat kuadrannya memberikan gambaran jelas bagaimana uang bisa diperoleh. Kiyosaki juga memberikan inspirasi pada munculnya profesi baru di Indonesia:


The Secret


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

The Secret atau rahasia adalah sebuah film yang diproduksi oleh Prime Time Production, yang terdiri dari seri-seri wawancara dan dramatisasi mengenai “Hukum Tarik-menarik“. Film ini didistribusikan lewat DVD dan online (melalui internet). Lalu, buku yang berjudul dan bertopik sama seperti fillnya juga diterbitkan, dimana telah menarik banyak perhatian dari tokoh-tokoh media seperti oprah WinfreyEllen DeGeneresLarry King serta kritikan pers.

The Secret yang merupakan film penguasaan diri (self-help), memakai format dokumenter untuk menjelaskan “Hukum Tarik-menarik”. Hukum ini adalah “rahasia” sesungguhnya, seperti yang tertulis di sampulnya, “has traveled through centuries to reach you” (“telah mengarungi waktu berabad-abad untuk mencapai anda”). Film ini mendokumentasikan pengalaman-pengalaman nyata dan wawancara dengan tim dari spesialis transformasi diri, pembawa pesan spiritual, ahli feng sui, serta pencipta uang (moneymaking experts).[2] Seperti yang digambarkan dalam film, prinsip “Hukum Tarik-menarik” membuat perasaan dan pikiran seseorang menjadi nyata dalam kehidupan mereka; semesta bekerja di antara manusia dalam hubungan fisik, emosi, dan pekerjaan sehari-hari. Film ini juga memiliki anggapan bahwa orang-orang yang punya kekuasaan kuat umumnya cenderung menyembunyikan prinsip ini dari orang banyak.

Julie Ann Storr, pendiri Nibbana (Sydney) dalam penjelasan mengenai pembuatan film ini, melaporkan, “semuanya dimulai dengan perasaan syukur” dan Stephanie Whittaker (dari harian The Gazette) menjelaskannya sebagai respon dari semesta terhadap keinginan kita. Film ini mendorong penonton untuk melihat semesta sebagai katalog yang berisi sesuatu yang dapat kita pesan setiap saat serta menasehati seseorang agar bergaul dengan orang yang “positif”. Untuk memanifestasikan (membuat sesuatu jadi nyata) maka digunakanlah visualisasi dan papan visi.Untuk meresapi The Secret, terdapat tiga buah tahap;”meminta, percaya, menerima” — sebagai inti dari Hukum Tarik-menarik:

Pada awal film (bab pertama) Ester Hicks menjelaskan tentang 3 tahap:”minta, jawaban, menerima”. Ia menjelaskan langkah “jawaban” sebagai “jawaban dari semesta terhadap permintaan anda … apa yang semesta lakukan untuk anda”.

Film ini mendokumentasikan para ahli dan profesional dalam bidang-bidang fisika kuantumpsikologimetafisikapelatihan (cocahing), teologifilosofikeuanganfeng suikedokteran, dan pengembangan diri.

Para ahli yang difokuskan dalam “Hukum Tarik-menarik” dan diwawancarai dalam film, telah muncul dalam banyak program televisi Amerika Serikat yang terkenal. Diantaranya: John AssarafDr. Rev. Michael BeckwithDr. John DemartiniBob ProctorJack CanfieldJames Arthur Ray, Dr. Joe VitaleLisa NicholsMarie Diamond, dan Dr. John Gray. Ahli lain yang terlibat dalam film dan berbicara tentang kepercayaan kuat mereka tentang Hukum Tarik-menarik adalah Esther Hicks[4] (original edition only)[5]Mike DooleyBob DoyleDavid Schirmer, dan Marci Shimoff.

Ada juga beberapa ahli lain yang menyebutkan (menyuarakan) hal yang sama namun tidak menyebutkan secara langsung tentang Hukum Tarik menarik seperti: Lee BrowerHale DwoskinCathy GoodmanMorris E. GoodmanDr. John HagelinBill HarrisDr. Ben JohnsonLoral LangemeierDr. Denis WaitleyNeale Donald Walsch, dan Dr. Fred Alan Wolf. Kontroversi kekuatan dari Hukum Tarik Menarik ini terus menjadi perdebatan sepanjang waktu, ditambah lagi dengan tragedi dan kecelakaan yang terjadi dalam acara retreat seminar salah seorang guru The Secret, James Arthur Ray, pada tanggal 9 Oktober 2009 yang lalu.[6]

Film ini juga memasukkan kata-kata kutipan (quotes) dari beberapa tokoh terkenal dalam sejarah yang diklaim film ini sebagai “guru dari The Secret”. Rhonda Byrne, yang juga sebagai narator dalam film mengatakan “I can’t believe all the people who knew this; they were the greatest people in history” (“Aku tidak percaya orang-orang yang mengetahui rahasia ini; mereka adalah orang-orang besar dalam sejarah”), ia menunjukkan bahwa mereka adalah “guru-guru The Secret masa lalu.” Mereka ini termasuk: Hermes TrismegistusBuddha,AristotleW. Clement StonePlatoIsaac NewtonMartin Luther KingCarl JungVictor HugoHenry FordRalph Waldo EmersonThomas EdisonAlbert EinsteinRobert Collier,Winston ChurchillAndrew CarnegieJoseph CampbellAlexander Graham Bell, dan Ludwig van Beethoven